Beginilah keadaan Candi Prambanan. Sebuah candi yang merupakan salah satu terbesar di Indonesia. Saat ini, setidaknya sampai bulan september 2015 kemarin masih dalam masa rekonstruksi. Terlihat pekerja sedang mengerjakan rekonstruksi. Mungkin kalau tidak salah akibat dari gempa jogja 2006 yang lalu. Sayang memang, keindahan candi tidak maksimal dapat dinikmati karena debu yang beterbangan juga berantakan dibeberapa sisi candi. Meskipun begitu, beberapa candi masih tegak berdiri sehingga kita tetap bisa menikmati warisan budaya masa lampau.
Menurut situs wikipedia, berikut asal usul candi prambanan.
Konon di Jawa Tengah terdapat dua kerajaan yang bertetangga, Kerajaan Pengging dan Kerajaan
Baka. Pengging adalah kerajaan yang subur dan makmur, dipimpin oleh
Prabu Damar Maya. Ia berputra Raden Bandung Bondowoso (Bandawasa) yang
gagah perkasa dan sakti. Sedangkan kerajaan Baka dipimpin oleh raksasa
pemakan manusia bernama Prabu Baka. Ia dibantu oleh seorang patih
bernama Gupala. Meskipun berasal dari bangsa raksasa, Prabu Baka
memiliki putri cantik bernama Rara Jonggrang.
Untuk memperluas kerajaan, Prabu Baka menyerukan perang kepada
kerajaan Pengging. Pertempuran meletus di kerajaan Pengging. Akibatnya,
banyak rakyat Pengging tewas, menderita kelaparan, dan kehilangan harta
benda. Demi mengakhiri perang, Prabu Damar Maya mengirimkan putranya
untuk menghadapi Prabu Baka. Berkat kesaktiannya, Bandung Bondowoso
berhasil mengalahkan dan membunuh Prabu Baka. Ketika Patih Gupala
mendengar kabar kematian junjungannya, ia segera melarikan diri, kembali
ke kerajaan Baka. Ketika sang patih tiba di Keraton Baka, ia segera
melaporkan kabar kematian Prabu Baka kepada Putri Rara Jongrang. Sang
putri pun meratapi kematian ayahnya.
Setelah kerajaan Baka jatuh ke dalam kekuasaan Pengging, Pangeran
Bandung Bondowoso menyerbu masuk ke dalam Keraton Baka. Pada pertemuan
pertamanya dengan Putri Rara Jonggrang, Bandung Bondowoso langsung
terpikat oleh kecantikan sang putri. Ia pun jatuh cinta dan melamar sang
putri, tetapi lamarannya ditolak, karena sang putri tidak mau menikahi
pembunuh ayahnya dan penjajah negaranya. Karena Bandung Bondowoso terus
membujuk dan memaksa, akhirnya sang putri bersedia dipersunting, namun
dengan dua syarat yang mustahil untuk dikabulkan. Syarat pertama adalah
pembuatan sumur yang dinamakan sumur Jalatunda. Syarat kedua adalah
pembangunan seribu candi hanya dalam waktu satu malam. Bandung Bondowoso
menyanggupi kedua syarat tersebut.
Sang pangeran berhasil menyelesaikan sumur Jalatunda berkat
kesaktiannya. Setelah sumur selesai, Rara Jonggrang berusaha memperdaya
sang pangeran agar bersedia turun ke dalam sumur dan memeriksanya.
Setelah Bandung Bondowoso turun, sang putri memerintahkan Gupala untuk
menutup dan menimbun sumur dengan batu. Akan tetapi, Bandung Bondowoso
berhasil keluar dengan cara mendobrak timbunan batu berkat kesaktiannya.
Bondowoso sempat marah, namun segera tenang karena kecantikan dan bujuk
rayu sang putri.
Kutukan Rara Jonggrang
Untuk mewujudkan syarat kedua, sang pangeran memanggil makhluk halus, jin, setan, dan dedemit dari perut Bumi. Dengan bantuan makhluk halus ini, sang pangeran
berhasil menyelesaikan 999 candi. Ketika Rara Jonggrang mendengar kabar
bahwa seribu candi sudah hampir rampung, sang putri berusaha
menggagalkan tugas Bondowoso. Ia membangunkan dayang-dayang
istana dan perempuan-perempuan desa untuk mulai menumbuk padi. Ia juga
memerintahkan agar gundukan jerami dibakar di sisi timur. Mengira bahwa
pagi telah tiba dan sebentar lagi matahari akan terbit, para makhluk
halus lari ketakutan bersembunyi masuk kembali ke perut Bumi. Akibatnya,
hanya 999 candi yang berhasil dibangun sehingga usaha Bandung Bondowoso
gagal. Setelah mengetahui bahwa semua itu adalah hasil kecurangan dan
tipu muslihat Rara Jonggrang, Bandung Bondowoso amat murka dan mengutuk
Rara Jonggrang agar menjadi batu. Sang putri berubah menjadi arca
terindah untuk menggenapi candi terakhir.
Menurut kisah ini, situs Ratu Baka di dekat Prambanan adalah istana Prabu Baka, sedangkan 999 candi yang tidak rampung kini dikenal sebagai candi sewu, dan arca Durga
di ruang utara candi utama di Prambanan adalah perwujudan sang putri
yang dikutuk menjadi batu dan tetap dikenang sebagai Lara Jonggrang yang
berarti "gadis yang ramping".
Tiket masuknya adalah Rp 25.000 / orang. Jika kita pernah ke Borobudur maka ketika keluar seolah merupakan tempat yang sama. Sama-sama luas dan memutar untuk bisa keluar. Biar tetap lestari, mari kita jaga warisan budaya ini. (JR Okt 2015)
No comments:
Post a Comment